Sebanyak enam narapidana (napi) melarikan diri dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wamena, Papua, pada Minggu (25/2/2025). Kejadian ini terjadi setelah sebuah insiden yang mengguncang sistem keamanan di Lapas tersebut. Salah satu napi yang berhasil melarikan diri adalah Panglima Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang selama ini dikenal sebagai tokoh penting. Dalam perjuangan separatisme di Papua. Kejadian ini memicu kekhawatiran besar tentang kemampuan sistem pengawasan di penjara Indonesia. Khususnya yang berada di daerah rawan konflik seperti Papua.
Rangkaian Kejadian Pelarian Napi di Lapas Wamena
Menurut keterangan pihak kepolisian setempat, para napi tersebut melarikan diri pada malam hari, saat pengawasan dianggap kurang ketat. Para pelarian tersebut kabur dengan cara yang terorganisir, diduga dengan memanfaatkan kekurangan personel penjaga di Lapas Wamena yang terletak di tengah wilayah pegunungan Papua. Dari enam napi yang kabur, empat di antaranya adalah narapidana kasus pidana umum, sementara dua lainnya. Termasuk Panglima OPM, terlibat dalam kasus terorisme dan pemberontakan di wilayah Papua.
Pihak kepolisian setempat segera menggelar operasi pencarian untuk menangkap para napi yang melarikan diri. “Kami masih melakukan pengejaran terhadap para pelaku, dan kami akan melakukan segala upaya untuk menangkap mereka kembali. Kami juga meminta bantuan dari aparat keamanan lainnya untuk membantu menangani situasi ini.” Ujar Kepala Kepolisian Daerah Papua, Brigjen Polisi Suryadi.
Panglima OPM, Tokoh Kunci dalam Pelarian Napi
Salah satu napi yang kabur dalam insiden ini adalah Panglima OPM yang dikenal dengan julukan “John Doe,” yang selama ini menjadi tokoh kontroversial dalam perjuangan separatis di Papua. Keberhasilannya melarikan diri menjadi perhatian luas, mengingat perannya yang besar dalam organisasi yang selama ini berkonflik dengan pemerintah Indonesia.
Panglima OPM yang sudah lama dipenjara karena berbagai tindakan kekerasan dan terorisme di Papua. Menjadi salah satu simbol perjuangan bagi kelompok separatis di wilayah tersebut. Pelariannya menambah kekhawatiran pemerintah mengenai semakin intensnya gerakan separatis yang bisa mendapat dukungan dari jaringan internasional. “Keberhasilan Panglima OPM kabur bisa jadi memberi dorongan moral bagi kelompok separatis lainnya.” Kata pengamat keamanan, Hendra Adi, dalam sebuah wawancara dengan media lokal.
Analisis Keamanan Lapas Wamena
Insiden ini menyoroti masalah serius mengenai sistem pengawasan dan keamanan di Lapas-lapas yang terletak di daerah-daerah rawan, seperti Papua. Beberapa pihak menyatakan bahwa faktor keterbatasan jumlah petugas dan kurangnya fasilitas pendukung. Dalam penjara menjadi faktor utama yang memungkinkan pelarian ini terjadi.
“Ini adalah masalah yang sudah lama kita hadapi. Lapas-lapas di daerah seperti Papua membutuhkan pengawasan lebih ketat dan alokasi anggaran yang memadai untuk memperbaiki fasilitas dan meningkatkan kinerja petugas.” Ujar Arif Susanto, seorang ahli sistem pemasyarakatan yang juga mantan pejabat di Kementerian Hukum dan HAM.
Lapas Wamena sendiri dikenal memiliki kondisi yang cukup rawan karena berada di daerah yang sulit dijangkau dan sering kali terjadi gangguan keamanan terkait konflik sosial di Papua. Kendala geografis dan kurangnya anggaran untuk meningkatkan infrastruktur keamanan menjadikan tempat ini rentan terhadap berbagai insiden, seperti pelarian napi.
Tanggapan dari Pemerintah dan Pihak Keamanan
Pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM menanggapi serius insiden ini. Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly, menyampaikan bahwa pihaknya akan segera mengevaluasi sistem pengamanan di Lapas-Lapas yang ada di wilayah rawan. Selain itu, pihaknya juga berjanji akan memperketat seleksi dan pemantauan. Terhadap narapidana yang masuk ke dalam lembaga pemasyarakatan, terutama yang terlibat dalam tindak pidana berat.
“Kami akan terus melakukan evaluasi terhadap sistem pengamanan yang ada di Lapas-Lapas, khususnya di wilayah Papua. Kami juga akan memastikan bahwa pelarian seperti ini tidak akan terulang kembali,” ungkap Yasonna Laoly dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta pada Senin (26/2/2025).
Upaya Pencarian dan Prediksi Perkembangan Selanjutnya
Pencarian terhadap enam napi yang kabur masih terus dilakukan oleh pihak berwenang. Aparat keamanan dari TNI dan Polri terlibat dalam upaya pelacakan, sementara koordinasi dengan pemerintah daerah setempat semakin diperketat. Pihak keamanan juga memperingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap pergerakan kelompok separatis, mengingat pelarian Panglima OPM ini bisa memicu aksi kekerasan baru di wilayah Papua.
Analis politik dan keamanan, Faisal Azhar, menilai bahwa pelarian ini dapat mempengaruhi situasi keamanan di Papua dalam jangka pendek. “Kami memperkirakan akan ada peningkatan ketegangan dalam beberapa minggu mendatang, terutama jika Panglima OPM kembali mendapatkan dukungan dari kelompoknya,” ujar Faisal.
Namun, pemerintah juga dihadapkan pada tantangan besar untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem pemasyarakatan dan mencegah lebih banyak insiden serupa terjadi di masa depan. Selain itu, diharapkan agar upaya penegakan hukum dapat berjalan secara transparan dan adil, tanpa adanya intimidasi atau kekerasan yang lebih lanjut terhadap kelompok-kelompok yang berkonflik dengan pemerintah.