JAKARTA – Indonesia telah mendesak agar negara-negara berkembang lebih memperhatikan aspek inklusivitas dalam perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI). Dalam forum internasional yang berlangsung di Jakarta, Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, menekankan pentingnya AI yang dapat diakses dan memberi manfaat bagi semua lapisan masyarakat, terutama di negara-negara dengan sumber daya terbatas.
Inklusivitas AI untuk Kemajuan Bersama
Indonesia, sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, memiliki tantangan tersendiri dalam mengakses teknologi canggih. Menurut data Bank Dunia, sekitar 40% populasi Indonesia masih belum memiliki akses yang memadai ke teknologi digital.
“AI harus dapat diakses oleh semua orang, tanpa memandang latar belakang ekonomi dan geografis mereka. Plate dalam pidato pembukaannya di Forum Teknologi dan Inovasi Global.
Kesenjangan Akses Teknologi Indonesia Mendesak Inklusivitas AI
Hal ini membuat negara-negara berkembang, seperti Indonesia, berada dalam posisi yang kurang menguntungkan dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Oleh karena itu, Plate mengajak negara-negara berkembang untuk bekerja sama dalam menciptakan kebijakan yang mendukung inklusivitas teknologi.
Kami membutuhkan kerjasama internasional untuk memastikan teknologi tidak hanya dimiliki oleh segelintir orang,” tambah Plate.
AI Sebagai Alat untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Indonesia Mendesak Inklusivitas
Di Indonesia, AI mulai diterapkan di berbagai sektor, seperti pertanian, kesehatan, dan pendidikan, guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Namun, meskipun sudah ada langkah positif, Plate menekankan bahwa kesenjangan masih sangat besar dalam hal adopsi AI di sektor-sektor tersebut.
Peluang Kerja dan Pembentukan Ekosistem Teknologi Lokal
Salah satu fokus utama dari dorongan Indonesia untuk inklusivitas AI adalah penciptaan lapangan kerja. Sektor teknologi telah membuka banyak peluang pekerjaan di berbagai bidang, dari pengembangan perangkat lunak hingga riset dan pengolahan data. Di Indonesia, sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK) diperkirakan akan menyumbang lebih dari 7% dari PDB pada 2025, dengan banyak perusahaan rintisan (start-up) yang semakin berkembang.
Baca Artikel Lainnya : Kementerian Bahas Penempatan PMI dengan Musaned Arab Saudi
Namun, untuk memastikan inklusivitas AI, Plate menekankan pentingnya membangun ekosistem teknologi lokal yang dapat menggerakkan sektor-sektor lain dalam perekonomian. “Kami ingin membangun ekosistem yang dapat menyokong perkembangan AI di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Salah satu cara adalah melalui kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan akademisi,” jelas Plate.
Tantangan dalam Pembentukan Kebijakan Global
Walaupun dorongan untuk inklusivitas AI mendapat banyak dukungan, proses untuk membentuk kebijakan yang dapat diterima secara global tetap menjadi tantangan. Sebagian besar negara maju, yang telah lebih dahulu mengadopsi AI, memiliki kepentingan besar dalam pengembangan teknologi ini, sementara negara-negara berkembang menghadapi hambatan dalam hal infrastruktur dan sumber daya.
Plate mengingatkan bahwa negara-negara berkembang harus memiliki suara yang lebih kuat dalam perumusan kebijakan teknologi internasional. Ia menyarankan adanya pertemuan internasional yang lebih sering untuk membahas perkembangan AI, serta penetapan standar global yang tidak hanya berpihak pada negara maju.
Membangun Masa Depan AI yang Inklusif
Dengan adanya upaya bersama untuk meningkatkan inklusivitas dalam pengembangan AI, Plate optimis bahwa teknologi ini bisa menjadi alat untuk mempercepat pembangunan yang lebih merata di seluruh dunia. Indonesia, melalui kebijakan yang terus berfokus pada pemerataan akses dan manfaat teknologi, berharap dapat menjadi pemimpin dalam mendorong adopsi AI yang adil bagi negara-negara berkembang.
“AI dapat menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang, asalkan teknologi ini dapat diakses, dipahami, dan dimanfaatkan oleh semua kalangan. Kami berharap dapat membawa suara negara-negara berkembang ke meja perundingan internasional, agar AI dapat menciptakan dunia yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” pungkas Plate.
Kesimpulan
Indonesia kini menempatkan inklusivitas dalam perkembangan AI sebagai prioritas utama dalam agenda internasional. Dengan mendorong adopsi teknologi yang adil, diharapkan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dapat mengatasi kesenjangan digital.