Gaza, 13 Februari 2025 — Kekhawatiran tentang masa depan gencatan senjata di Gaza semakin meningkat setelah Israel mengumumkan pemanggilan pasukan cadangan pada hari Selasa, 12 Februari 2025. Langkah ini muncul di tengah upaya internasional untuk mempertahankan gencatan senjata yang telah berlangsung selama beberapa minggu. Setelah serangkaian pertempuran sengit antara Israel dan kelompok militan Hamas. Dengan ketegangan yang masih tinggi di wilayah tersebut, pengumuman ini menambah kecemasan bahwa gencatan senjata yang rapuh tersebut bisa segera berakhir.
Pemanggilan Pasukan Cadangan: Langkah Strategis Israel
Menurut pejabat militer Israel, keputusan untuk memanggil pasukan cadangan ini merupakan langkah strategis. Guna memperkuat kesiapsiagaan pasukan Israel di sepanjang perbatasan Gaza. Israel mengklaim bahwa ancaman dari kelompok militan Hamas dan faksi-faksi lain yang beroperasi di Gaza masih tinggi, meskipun gencatan senjata sedang berlaku. Pasukan cadangan yang dipanggil ini terdiri dari ribuan tentara yang siap dikerahkan jika situasi memburuk.
“Keputusan ini diambil untuk memastikan keamanan negara kami. Kami harus selalu siap menghadapi segala kemungkinan yang bisa terjadi di Gaza,” ungkap seorang juru bicara militer Israel, yang tidak ingin disebutkan namanya.
Dampak Terhadap Gencatan Senjata yang Rapuh
Gencatan senjata yang dicapai pada akhir Januari 2025 melalui mediasi internasional memang berhasil menurunkan intensitas pertempuran. Namun, dengan pemanggilan pasukan cadangan ini, banyak pihak mulai meragukan kelanjutan ketenangan tersebut. Beberapa analis militer dan pakar politik memperingatkan bahwa langkah ini bisa memicu eskalasi konflik lebih lanjut.
“Pemanggilan pasukan cadangan ini bisa dianggap sebagai persiapan untuk melanjutkan operasi militer jika gencatan senjata gagal dipertahankan. Hal ini tentu saja menambah ketidakpastian bagi warga Gaza yang sudah terjebak dalam kondisi yang sangat sulit,” ujar Rania Al-Masri, seorang pengamat keamanan Timur Tengah dari Universitas Gaza.
Reaksi Dunia Internasional
Di tengah ketegangan ini, masyarakat internasional, termasuk negara-negara anggota PBB, menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri dan menjaga komitmen mereka terhadap gencatan senjata. Amerika Serikat dan negara-negara Eropa menyatakan keprihatinan mendalam atas peningkatan ketegangan di Gaza, dengan beberapa di antaranya meminta Israel untuk membatalkan pemanggilan pasukan cadangan tersebut.
“Komunitas internasional harus memainkan peran lebih aktif dalam memastikan bahwa gencatan senjata dapat dipertahankan. Jika ini gagal, dampaknya akan sangat merugikan bagi stabilitas kawasan,” kata Michael Richards, seorang diplomat senior di PBB.
Namun, Israel menegaskan bahwa pemanggilan pasukan cadangan adalah langkah yang perlu untuk mengatasi ancaman yang terus berkembang di wilayah tersebut.
Situasi Kemanusiaan yang Semakin Memburuk
Sementara itu, situasi kemanusiaan di Gaza tetap kritis. Meskipun ada gencatan senjata, warga Gaza masih menghadapi kesulitan yang sangat besar, seperti kekurangan makanan, air bersih, dan perawatan medis. Organisasi-organisasi kemanusiaan melaporkan bahwa lebih dari 20.000 warga Gaza telah kehilangan rumah mereka selama serangan terakhir, dan lebih dari 5.000 orang tewas, sebagian besar adalah warga sipil.
Dengan adanya potensi eskalasi konflik, banyak pihak yang khawatir bahwa situasi kemanusiaan akan semakin memburuk. “Kami memerlukan bantuan internasional yang lebih besar untuk menghadapi bencana kemanusiaan ini. Warga Gaza sudah sangat menderita,” ujar Salah Kassem, seorang petugas medis di Gaza.
Apa yang Bisa Terjadi Selanjutnya?
Dalam beberapa hari ke depan, perhatian dunia akan tertuju pada bagaimana kedua pihak menangani gencatan senjata ini. Jika pemanggilan pasukan cadangan Israel menjadi tanda akan dimulainya serangan kembali, maka kekhawatiran besar akan terjadi di Gaza dan sekitarnya. Namun, jika gencatan senjata tetap dipertahankan, masih ada harapan untuk stabilitas jangka panjang.
Menurut beberapa analis, keputusan Israel akan sangat bergantung pada respons dari kelompok militan di Gaza. Jika serangan-serangan besar kembali dilancarkan dari Gaza, Israel mungkin merasa terpaksa untuk merespons dengan kekuatan militer yang lebih besar.